PRILIANSYAH

Personal dan Ilmu Budaya Dasar


PRILIANSYAH

Personal dan Ilmu Budaya Dasar


PRILIANSYAH

Personal dan Ilmu Budaya Dasar


PRILIANSYAH

Personal dan Ilmu Budaya Dasar


PRILIANSYAH

Personal dan Ilmu Budaya Dasar

Kamis, 23 Mei 2013

PERSATUAN DAN KESATUAN YANG MULAI PUDAR, MENGAPA?



     Belakangan ini kehidupan di masyarakat mulai tidak teratur,karena dari apa yang pernah saya alami akhir-akhir ini dinilai buruk dalam bermasyarakat, sehingga persatuan yang dulu telah dilahirkan dalam kehidupan bermasyarakat tetapi sekarang ini mulai pudar , dari moral manusianya maupun budaya yang selama ini telah hilang dalam masyarakat, banyak dari segala lapis masyarakat perkotaan yang selama ini pudar, karena didikan moral dan pergaulan budaya yang rusak di kehidupan masyarakat.Moral bangsa kita perlu kita lahirkan kembali agar setiap warga Indonesia dapat bersatu dan dapat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan yang selama ini telah tenggelam dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan globalisasi yang telah merusak moral para manusianya, banyak manusia menjadi egois dan tidak pernah memikirkan orang lain, banyak warga yang selalu memikirkan dirinya sendiri karena dia mengejar harta yang tak akan pernah habisnya, sehingga membuat orang itu menjadi egois dan menjadi individualisme yaitu hanya mementingkan diri sendiri.Hal ini sangat di sayangkan dalam kehidupan bangsa kita karena moral yang baik sehingga menjadikan persatuan dan kesatuan yang utuh di Negara kita tetap terjaga dan tetap kokoh, kitan harus selalu melahirkan moral yang baik demi Negara kita agar bisa menjadi negara yang maju, seperti pepatah “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” bila kita bersatu pastu akan kuat dan bila kita pecah pasti kita akan hancur.

ALASAN TIMBULNYA TAWURAN WARGA DI SETIAP DAERAH DI I NDONESIA


     Penyebab Tawuran Setidaknya terdapat dua faktor penyebab tawuran.Pertama, faktor internal Penyebab tawuran yang bersifat internal bisa perseorangan yangtidak bisa menyesuaikan diri dilingkungannya, tapi bisa jugasatu keluarga yang tidak bisa adaptatif dilingkungannya.Kasus tawuran antar warga, ada yang disebabkan pribadi dalamkeluarga. Suami isteri, tidak bahagia suka konflik menyebabkan  anak-anaknya kehilangan jati diri dan menjadi bengal (bandel) yaitu tidak mengindahkan nasihat orang tua, keras kepala, dan suka melawan orang tua. Itu terjadi karena orang tua tidak dapatmenjadi contoh teladan dalam hidup berumah tangga.Akibatnya, anak-anak suka membuat gara-gara dirumah, ditetangga dan lingkungannya.
     Kelompok-kelompok masyarakat yang terlibat tawuran massal, biasanya terjadi di kalangan pelajar, antar anggota genk atau kelompok preman, antar kelompok etnis masyarakat, dan antar masyarakat kampung (wilayah pemukiman), seperti yang terjadi dalam tawuran antar warga di Cilincing, Johar Baru, disekitar Pasar Rumput, serta antar warga di Badung - Bali.
     Hampir semua pemicu tawuran massal, adalah masalah-masalah sepele. Sebagian besar peristiwa tawuran massal, berawal dari adanya perasaan tersinggung (tidak terima) sekelompok warga karena diejek oleh anggota kelompok warga lainnya : saat berpapasan di jalan, saat menonton atau sedang bertanding sepak bola, dll.
     Sedangkan penyebab aksi tawuran antar warga lainnya, berhubungan dengan masalah ekonomi (masalah utang-piutang, perebutan pengelolaan lahan perparkiran, perebutan tempat untuk lokasi berjualan, perebutan kawasan mengompas, dll.) serta adanya permasalahan pribadi yang kemudian berkembang menjadi masalah komunal.
     Adanya upaya untuk mencegah terjadinya aksi tawuran antar warga sendiri, bukanlah suatu perkara mudah. Inti dari persoalan yang memicu terjadinya tawuran, tidak lagi jelas. Sejumlah pihak bahkan mengatakan, akar permasalahannya sudah ada sejak lama, bagaikan rasa dendam yang tidak pernah usai. Sedikit saja ada gesekan, peristiwa tawuran antar warga bisa langsung pecah (sulit dicegah).
     Meskipun masih disekitaran wilayah yang sama, namun lokasi tawuran tidak hanya di titik-titik lokasi tertentu saja, serta tidak mengenal batasan waktu dan lokasi favorit. Contohnya, aksi tawuran antar warga di daerah Johar Baru, yang bisa terjadi pada pagi hari atau malam hari.
Bahkan, keberadaan ratusan aparat kepolisian bersenjata lengkap yang berjaga-jaga di seputar lokasi tawuran di Pasar Rumput, tidak menyurutkan “niatan” warga untuk tetap tawuran, bahkan tawuran masih berlanjut keesokkan harinya.
     Dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi aksi tawuran antar warga di Johar Baru, pihak Pemda DKI Jakarta memasang sejumlah perangkat CCTV di sejumlah lokasi strategis. Pemasangan sejumlah “kamera pengintai” tersebut dimaksudkan untuk mempercepat kedatangan pihak aparat keamanan di lokasi, pada saat tawuran akan terjadi atau baru saja terjadi.
Selain itu, hasil rekaman gambar yang diperoleh dari “kamera pengintai”, akan dipergunakan untuk membantu aparat kepolisian dalam mengidentifikasi, menindak, dan mengamankan para provokator serta para pelaku aksi tawuran.
    Keputusan untuk memasang “kamera pengintai” diambil karena nampaknya, Pemda DKI, para tokoh masyarakat setempat, serta aparat kepolisian, masih belum menemukan formulasi yang tepat, untuk mencegah terulangnya kembali aksi tawuran antar warga.
Padahal, aksi tawuran antar warga bisa dicegah agar tidak terulang kembali, apabila warga diberikan ruang untuk berekspresi dan berkreasi.
    Apabila pihak Pemda DKI Jakarta mau memfasilitasi adanya suatu wadah kegiatan bagi warga untuk bisa menyalurkan segenap bakat, kemampuan, serta minat warga pada suatu bidang usaha maupun ketrampilan tertentu, kiranya akan mendorong warga untuk tidak lagi berkeliaran atau “nongkrong” di pinggir jalan.
     Berdasarkan hasil penyelidikan aparat kepolisian, aksi tawuran di sejumlah lokasi di Jakarta, sengaja diciptakan oleh para bandar serta pengedar narkoba yang “beroperasi” atau tinggal di seputar lokasi tawuran, untuk menghindar dari kejaran polisi yang akan menangkap mereka. Saat tawuran terjadi, mereka langsung melarikan diri.
     Rata-rata para pelaku aksi tawuran berasal dari keluarga miskin. Kemiskinan membuat mereka tidak memiliki kemampuan keuangan memadai untuk memiliki modal membuka usaha atau melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
     Keterlibatan sejumlah warga dalam perdagangan narkoba, ditengarai sebagai upaya masyarakat agar bisa bertahan hidup, dengan memperdagangkannya atau menjadi kurir dari para bandar.
     Sebaik apapun upaya mediasi dilakukan, tidak akan membawa banyak manfaat apabila pemerintah tidak berupaya semaksimal mungkin agar warga dapat terlibat dalam berbagai kegiatan positif dan produktif, dengan memfasilitasi kebutuhan warga sehingga mereka dapat meningkatkan kapasitas serta kualitas hidup mereka.
     Tawuran seharusnya tidak menjadi fenomena atau dinamika dalam kehidupan masyarakat di ibukota, apabila Pemda DKI Jakarta jeli dalam menyikapi adanya masalah sosial besar yang menjadi latar belakang penyebab terjadinya serangkaian aksi tawuran antar warga.
     Masalah sosial mengemuka, karena rendahnya tingkat kesejahteraan anggota masyarakat kota, yang kerap melakukan aksi tawuran. Oleh sebab itu, Pemda DKI Jakarta harus memberdayakan warganya, dengan menghadirkan wadah-wadah kegiatan yang bisa dipergunakan warga untuk berekspresi dan berkreasi. Bagaimanapun, tawuran hanya akan menimbulkan banyak kerugian, bukan manfaat.
     Apabila kehidupan warga dapat lebih diberdayakan, kecil kemungkinan bagi warga untuk tidak hidup tertib, karena kualitas lingkungan serta kehidupan mereka, sudah jauh lebih baik.
     Warga miskin kota adalah bagian dari kehidupan masyarakat kota. Keberadaan mereka tidak akan menimbulkan polemik berkepanjangan, apabila pemerintah dapat menghadirkan ruang berkegiatan bagi mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari tekanan hidup, terutama lagi, menutup peluang adanya pola pemikiran serta perilaku yang destruktif, anarkis, dan tidak bersahabat dengan lingkungan disekitarnya.
      Upaya pencegahan harus diikuti dengan adanya keinginan pemerintah untuk membangun warganya agar dapat hidup lebih bermartabat, tidak lagi liar dan mudah tersinggung. Jika arah kehidupan dirasakan lebih jelas serta terarah, niscaya, keinginan untuk tawuran akan hilang dengan sendirinya. 


PANCASILA MERUPAKAN DASAR NEGARA YANG HARUS DI LESTARIKAN,KENAPA?



“Pancasila harus dilestarikan lewat pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi,” hal ini Hari Kesaktian Pancasila yang cenderung dilaksanakan secara seremonial di berbagai daerah.
Pancasila sekarang cenderung dipinggirkan sehingga prilaku pemerintah dan masyarakat akhir-akhir ini semakin jauh dari nilai-nilai Pancasila. Untuk itu, Pancasila ke dalam mata pelajaran di sekolah karena nilai-nilai Pancasila sudah mulai dilupakan masyarakat.
“Peminggiran Pancasila dalam segala aspek membuat pemerintah dan masyarakat semakin jauh dari nilai-nilai ke-Tuhan-an, kemanusiaan, persaudaraan, permusyawaratan, dan keadilan,” katanya. Jadi, ia menilai pengajaran Pancasila merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi meski mungkin cara yang dilakukan harus menyesuaikan dengan kondisi sekarang.
“Yang penting, bukan justru diserahkan sekolah, tapi harus diwajibkan lagi sebab pelajaran Pancasila sudah semakin mendesak diajarkan lagi, apalagi konflik horizontal sudah terjadi di mana-mana karena unsur kedaerahan lebih menonjol daripada keindonesiaan,” katanya.
Pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Presiden bertindak sebagai inspektur upacara yang turut dihadiri oleh prajurit dari tiga matra TNI, pramuka, dan pelajar. Turut hadir pada peringatan tersebut adalah Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono dan Ibu Herawati Boediono, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, petinggi TNI/Polri, pejabat tinggi negara, para duta besar negara sahabat, dan undangan lainnya.
Dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila hari ini, marilah kita bersama-sama merenungkan kembali, kalau perlu belajar kembali, arti makna Pancasila yang sesungguhnya. Kita sebagai masyarakat yang majemuk dengan suku, ras, agama, latar belakang yang berbeda, membuat kita harus menyadari kita harus bersatu untuk kejayaan Indonesia.
Bottom of Form